Soekarno diantara 9 Hati

Daftar Isi
Soekarno
Ir. Soekarno / Kredit foto: wikipedia Indonesia

Saat kita membicarakan Sang Proklamator "Soekarno", biasanya yang terlintas adalah perjuangannya demi kemerdekaan Indonesia. Tapi, di balik perannya sebagai pemimpin besar, ada cerita cinta yang penuh warna—kisah perjalanan hidupnya bersama sembilan perempuan yang pernah menjadi bagian dari hidupnya, serta anak-anaknya yang turut mewarnai sejarah bangsa.

Tulisan ini mengajak untuk membahas sisi lain dari Putra Sang Fajar. Lewat narasi yang hangat dan menggugah, pembaca akan diajak menyusuri lika-liku kisah cinta Sang Proklamator, memahami relasi yang membentuk dinamika keluarganya dan mengapresiasi bagaimana ia menjalani peran sebagai seorang ayah sekaligus pemimpin.

Semoga artikel ini dapat menjadi jendela yang tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga menghadirkan cerita yang menarik hati sekaligus menginspirasi.

Setidaknya Soekarno selama hidupnya pernah menikah secara resmi dengan 9 perempuan dengan latar belakang berbeda;

Oetari (1921–1923)

Pertama ada Oetari Tjokroaminoto, Ia merupakan istri pertama Soekarno. Menurut catatan, Soekarno menikahi Oetari tahun 1921 di Surabaya. Ketika menikah usia Soekarno saat itu baru 20 tahun sementara Oetari masih 16 tahun.

Oetari merupakan putri dari seorang Guru Besar HOS Tjokroaminoto. Latar belakang Soekarno menikahi Oetari adalah untuk meringankan beban keluarga Tjokro dikarenakan kala itu istri Tjokro baru saja meninggal.

Pernikahan Soekarno dan Oetari hanya seumur jagung. Soekarno menceraikan Oetari tak lama setelah kuliah di Bandung. Dari pernikahan keduanya, mereka tidak memiliki garis keturunan.

Inggit Garnasih (1923–1943)

Soekarno kos di Bandung pada tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan cantik.

Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Pernikahan Inggit dengan Sanusi, suaminya, pun tidak bahagia. Pada sosok seorang Inggit, Soekarno menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno.

Soekarno merebut Inggit dari suaminya dan menikah tahun 1923. Inggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun.

Pernikahan Soekarno dan Inggit juga tidak dikaruniai anak. Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit. Menurut informasi yang beredar karena Inggit tidak berkenan untuk dimadu.

Fatmawati (1943–1956)

Dalam pembuangannya di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Usia Soekarno terpaut 22 tahun lebih tua dari Fatmawati saat itu.

Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung.

Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan Fatmawati resmi menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara pertama. Dia juga yang menjahit bendera pusaka merah putih.

Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya.

Dari Fatmawati inilah Soekarno mendapatkan lima orang anak yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra. Dimana salah satunya kelak menjadi Presiden Republik Indonesia.

Hartini (1952–1970)

Hartini adalah wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno. Saat dipinang oleh sang proklamator pada tahun 1953, Hartini berumur 29 tahun dan berstatus janda dengan lima anak.

Pernikahan keduanya diawali oleh pertemuan di Candi Prambanan, Jawa Tengah, saat sang kepala negara mengadakan kunjungan kerja. Sumber lain menyebutkan, pertemuan di candi itu adalah kelanjutan cinta pandangan pertama keduanya di rumah dinas Wali Kota Salatiga, setahun sebelumnya.

Dari Soekarno, Hartini melahirkan dua anak. Yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Hartini tetap menjadi istri saat masa kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja.

Hartini juga tetap mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput Soekarno. Di pangkuan Hartinilah, Putra Sang Fajar menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970.

Kartini Manoppo (1959–1968)

Sosok wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Menikah dengan Kartini Manoppo pada 1959, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967.

Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.

Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.

Ratna Sari Dewi (1962–1970)

Ratna sari dewi
Soekarno dan Ratna Sari Dewi  / Kredit foto: voa indonesia

Ratna Sari Dewi adalah wanita kelima yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19 tahun. Dari Soekarno, yang ketika itu berumur 57 tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.

Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer dinegeri sakura tersebut. Ada yang mengatakan bahwa dia bekerja sebagai seorang geisha. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.

Dalam 'A Life in the Day of Madame Dewi' diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, Dewi kemudian pindah ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis dan Amerika Serikat. Pada tahun2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.

Dewi pernah membuat kontroversi pada 1998, saat dia berpose untuk sebuah buku foto berjudul 'Madame Syuga'. Di buku itu, ditampilkan Dewi dengan pose-pose setengah bugil dan menampakkan seperti tato.

Haryati (1963–1966)

Sebelum dinikahi oleh Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan Sang Proklamator.

Melihat paras Haryati, Soekarno bak arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain saat itu, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.

Hati Haryati pun akhirnya luluh dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara. Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963. Namun selang tiga tahun, Haryati diceraikan Soekarno dengan alasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi. Dari hubungannya dengan Haryati, Soekarno tak memiliki anak.

Yurike Sanger (1964–1968)

Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.

Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Putra Sang Fajar. Perhatian ekstra yang diberikan sang presiden kepada gadis belia itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.

Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan kepada Yurike.

Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator tak bertahan lama.

Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta. Dari keduanya tidak diketahui memiliki anak.

Heldy Djafar (1966–1969)

Heldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun.

Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut. Dari pernikahan keduanya pun, tidak diketahui memeiliki anak.

Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat.

Soekarno adalah tokoh besar dengan kehidupan pribadi yang rumit, termasuk kisah sembilan istrinya. Di satu sisi, dia adalah bapak bangsa yang berjasa besar. Di sisi lain, kisah pernikahannya sering jadi perdebatan.

Sejarah tidak hitam-putih. Kita bisa menghargai jasanya tanpa harus membenarkan semua tindakannya. Yang terpenting, kita belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Posting Komentar